Selasa, 30 Agustus 2016

Merubah Paradigma Dari Darat Ke Laut

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan jumlah pulau sekitar 17.204 dan memiliki luas daratan 5,8 juta Km². Indonesia juga memiliki wilayah laut yang sangat luas, sekitar 80% wilayah laut termasuk Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) dan 20% wilayah darat. Data tersebut sangat jelas menunjukan bahwa wilayah daratan sangat sedikit dibandingkan dengan wilayah kelautan. Di dunia inetrnasional Indonesia telah diakui sebagai negara maritim yang ditetapkan dalam UNCLOS (United Nation Conventation on the Law Of Sea) pada tahun 1982
.
Berkaitan dengan kondisi laut Indonesia, penulis akan memaparkan kondisi kemaritiman dan kelautan yang terdapat di Kalimantan Barat. Luas wilayah Provinsi Kalimantan Barat adalah 146.807 km² (7,53% luas Indonesia) yang sebelah selatan berbatasan langsung dengan Laut Jawa dan sebelah utara berbatasan langsung dengan Selat Karimata, laut Cina Selatan dan laut Natua. Provinsi Kalimantan Barat memiliki tujuh Kabupaten/Kota yang merupakan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yaitu Kab. Sambas, Kota Singkawang, Kab. Bengkayang, Kab. Pontianak, Kab. Kubu Raya, Kab. Kayong Utara, dan Kab. Ketapang.  Jumlah pulau-pulau kecil di Kalimantan Barat berjumlah 212 buah, yang tersebar di tujuh kabupaten/kota pesisir tersebut. Berdasarakan data yang dirilis Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 panjang garis pantai adalah 1.398 Km dan Luas laut sebesar: 3,2 Juta Ha

Dengan wilayah laut yang luas, tentunya potensi laut yang berada di daerah Kalimantan Barat banyak menyimpan potensi laut yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat. Laut dalam hal ini sangat kaya akan sumber daya alam yang dapat diperbarui seperti biota laut, ikan, rumput laut, terumbu karang, hutan mangrove, wisata bahari, media transportasi antar pulau yang sangat ekonomis dan lain sebagainya. Selain sumber daya yang dapat diperbarui, laut juga banyak menyimpan sumber daya yang tidak dapat diperbarui seperti gas bumi, minya dan mineral. Sangat jelas dengan kekayaan yang melimpah seharusnya potensi kekayaan laut segera dimanfaatkan bukan ditelantarkan.
Peluang yang sangat besar untuk meningkatkan perekonomian daerah dengan memanfaatkan potensi sumberdaya laut sepatutnya memberikan kontribusi yang besar. Bahkan sudah sepatutnya pula menjadi sektor penggerak ekonomi daerah maupun nasional. Pada kenyataannya sektor perikanan dan kelautan nasional di Kalimantan Barat masih belum dimanfaatkan secara baik danoptimal, hal ini diperlihatkan dari data secara kasat mata bahwa masyarakat pesisir yang merupakan masyarakat yang paling dekat dengan sumberdaya laut umumnya masih tergolong masyarakat dengan tingkat kesejahteraan rendah.

Pemerintah saat ini memfokuskan pembangunan di berbagai sektor atau wilayah yang berpotensi besar dalam menyumbang pada pertumbuhan ekonomi, yang pada umumnya berlokasi di kawasan darat. Dimana paradigma yang terus berlangsung sampai saat ini oleh para pengambil kebijakan di tingkat pusat dan daerah lebih berorientasi ke darat daripada sektor laut. Seperti banyaknya pelabuhan yang terdapat di Indonesia maupaun Kalimantan Barat. Perkembangan pelabuhan di Indonesia menurut data World Economy Forum dalam Global Competitiveness Report tahun 2014-2015 kualitas infrastruktur pelabuhan Indonesia hanya berada pada peringkat 77 dari 143 negara. Hal ini tergolong buruk jika dibandingkan dengan kualitas infrastruktur lainnya seperti infrastruktur kereta api peringkat 41, infrastruktur jalan peringkat 72, dan infrastruktur bandara peringkat 72, (dikutip dalam buku Statistik Bongkar Muat Barang Di Pelabuhan Kabupaten Sambas:2014).

Laut Kalimantan Barat seperti di Paloh Kabupaten Sambas sebenarnya juga mempunyai kekayaan sumber daya alam seperti kaya akan gas alam dan populasi ikan yang beragam. Namun karena fokus pemerintah kurang di sektor kelautan maka berdampak dengan banyak permasalahan yang muncul, seperti pada tahun 2011 pernah terjadi perselisihan antara Malaysia dan Indonesia yang saling mengklaim wilayah pantai tanjung datok dan camar bulan merupakan wilayah Malaysia. Setahun terakhir ini wilayah laut kalimantan Barat juga sempat menjadi pusat perhatian Menteri Keluatuan Dan Peikanan bahwa laut Kalimantan Barat merupakan daearah paling rawan pencurian ikan yang ada di Indonesia, dilansir dari Tempo.Co dan www.beritasatu.com. Selain itu beberapa bulan terakhir sempat terjadi konflik antara Indonesia dan Cina yang berada di Laut Cina Selatan yang diduga karena permasalahan dengketa kepemilikan kedaulatan territorial dan memperebutkan gas alam yang terdapar di dasar laut tersebut.

Dari tiga permasalahan dengan negara tetangga, seharusnya menjadi evaluasi supaya pemerintah segera memberikan kebijakan dan strategi pembangunan wilayah maritim untuk mencapai ketahanan dan keamanan nasional yang ketat dan kuat  di daerah laut Kalimantan Barat apalagi daerah tersebut kaya akan sumber daya alam dan berbatasan langsung dengan negara tetangga. Selain meningkatkan keamanan pemerintah juga memberikan pendidikan kemaritiman ke masyarakat sekitar pesisir dan menciptakan lapangangan pekerjangan yang bisa memanfaatkan sumber daya alam yang terdapat di laut Kalimantan Barat.

Kalimantan barat saat ini juga banyak mempunyai wisata bahari yang mampu menarik wisatawan domestik maupun mancanegara, namun saat ini terkendala oleh infrastruktur yang kurang memadai dan sumber daya manusia yang masih jauh dari harapan. Dengan banyaknya potensi wisata seperti pantai, pulau, terumbu karang, konservasi hutan manggrove dan konservasi penyu namun hasil yang diharapkan masih belum maksimal. Kerjasama anatara pmerintah dan masyarakat dalam menciptkanan sumber daya manusia unggul. Dalam hal ini sosialisasi, pendidikan dan perhatian pemerintah sangat diperlukan.

Bangsa dan beberapa daerah yang kaya hasil laut sudah saatnya seperti daerah Kalimantan Barat sudah seharusnya merubah cara pandang pembangunan dari pembangunan yang semata berbasis daratan (Land based development) menjadi lebih berorientasi kepada pembangunan berbasis kelautan (Ocean based development), mengingat negara kita adalah negara kepulauan yang sudah diakui dunia dan terakomodasi dalam UUD 1945 pasal 25A. beberapa pakar juga menyatakan bahwa potensi laut sangat besar memeberikan keuntungan. prospek pengelolaan sumber kekayaan alam di lepas pantai semakin memberikan peluang mengingat ditemukannya indikasi baru potensi ”mineral hidrotermal” di dasar laut dalam (Lili Sarmili, 2002; Subaktian Lubis 2002; dan Halbach, 2003). Oleh sebab itu, orientasi pembangunan yang sebelumnya lebih memperhatikan wilayah daratan perlu diubah mengingat laut merupakan sumber penghidupan di masa depan. Paradigma pembangunan di sektor kelautan yang menyimpan kekayaan alam yang luar biasa menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk mengembalikan kejayaan bangsa ini sebagai negara maritim.


Penulis  Riko Saputra Ketua Ikatan Mahasiswa Kecamatan Teluk Keramat (IMTEK) periode 2014-2016

Merubah Paradigma Dari Darat Ke Laut

Kekayaan laut yang berada di ekor borneo (sumber gambar internet anoname)
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan jumlah pulau sekitar 17.204 dan memiliki luas daratan 5,8 juta Km². Indonesia juga memiliki wilayah laut yang sangat luas, sekitar 80% wilayah laut termasuk Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) dan 20% wilayah darat. Data tersebut sangat jelas menunjukan bahwa wilayah daratan sangat sedikit dibandingkan dengan wilayah kelautan. Di dunia inetrnasional Indonesia telah diakui sebagai negara maritim yang ditetapkan dalam UNCLOS (United Nation Conventation on the Law Of Sea) pada tahun 1982
.
Berkaitan dengan kondisi laut Indonesia, penulis akan memaparkan kondisi kemaritiman dan kelautan yang terdapat di Kalimantan Barat. Luas wilayah Provinsi Kalimantan Barat adalah 146.807 km² (7,53% luas Indonesia) yang sebelah selatan berbatasan langsung dengan Laut Jawa dan sebelah utara berbatasan langsung dengan Selat Karimata, laut Cina Selatan dan laut Natua. Provinsi Kalimantan Barat memiliki tujuh Kabupaten/Kota yang merupakan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yaitu Kab. Sambas, Kota Singkawang, Kab. Bengkayang, Kab. Pontianak, Kab. Kubu Raya, Kab. Kayong Utara, dan Kab. Ketapang.  Jumlah pulau-pulau kecil di Kalimantan Barat berjumlah 212 buah, yang tersebar di tujuh kabupaten/kota pesisir tersebut. Berdasarakan data yang dirilis Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 panjang garis pantai adalah 1.398 Km dan Luas laut sebesar: 3,2 Juta Ha

Dengan wilayah laut yang luas, tentunya potensi laut yang berada di daerah Kalimantan Barat banyak menyimpan potensi laut yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat. Laut dalam hal ini sangat kaya akan sumber daya alam yang dapat diperbarui seperti biota laut, ikan, rumput laut, terumbu karang, hutan mangrove, wisata bahari, media transportasi antar pulau yang sangat ekonomis dan lain sebagainya. Selain sumber daya yang dapat diperbarui, laut juga banyak menyimpan sumber daya yang tidak dapat diperbarui seperti gas bumi, minya dan mineral. Sangat jelas dengan kekayaan yang melimpah seharusnya potensi kekayaan laut segera dimanfaatkan bukan ditelantarkan.
Peluang yang sangat besar untuk meningkatkan perekonomian daerah dengan memanfaatkan potensi sumberdaya laut sepatutnya memberikan kontribusi yang besar. Bahkan sudah sepatutnya pula menjadi sektor penggerak ekonomi daerah maupun nasional. Pada kenyataannya sektor perikanan dan kelautan nasional di Kalimantan Barat masih belum dimanfaatkan secara baik danoptimal, hal ini diperlihatkan dari data secara kasat mata bahwa masyarakat pesisir yang merupakan masyarakat yang paling dekat dengan sumberdaya laut umumnya masih tergolong masyarakat dengan tingkat kesejahteraan rendah.

Pemerintah saat ini memfokuskan pembangunan di berbagai sektor atau wilayah yang berpotensi besar dalam menyumbang pada pertumbuhan ekonomi, yang pada umumnya berlokasi di kawasan darat. Dimana paradigma yang terus berlangsung sampai saat ini oleh para pengambil kebijakan di tingkat pusat dan daerah lebih berorientasi ke darat daripada sektor laut. Seperti banyaknya pelabuhan yang terdapat di Indonesia maupaun Kalimantan Barat. Perkembangan pelabuhan di Indonesia menurut data World Economy Forum dalam Global Competitiveness Report tahun 2014-2015 kualitas infrastruktur pelabuhan Indonesia hanya berada pada peringkat 77 dari 143 negara. Hal ini tergolong buruk jika dibandingkan dengan kualitas infrastruktur lainnya seperti infrastruktur kereta api peringkat 41, infrastruktur jalan peringkat 72, dan infrastruktur bandara peringkat 72, (dikutip dalam buku Statistik Bongkar Muat Barang Di Pelabuhan Kabupaten Sambas:2014).

Laut Kalimantan Barat seperti di Paloh Kabupaten Sambas sebenarnya juga mempunyai kekayaan sumber daya alam seperti kaya akan gas alam dan populasi ikan yang beragam. Namun karena fokus pemerintah kurang di sektor kelautan maka berdampak dengan banyak permasalahan yang muncul, seperti pada tahun 2011 pernah terjadi perselisihan antara Malaysia dan Indonesia yang saling mengklaim wilayah pantai tanjung datok dan camar bulan merupakan wilayah Malaysia. Setahun terakhir ini wilayah laut kalimantan Barat juga sempat menjadi pusat perhatian Menteri Keluatuan Dan Peikanan bahwa laut Kalimantan Barat merupakan daearah paling rawan pencurian ikan yang ada di Indonesia, dilansir dari Tempo.Co dan www.beritasatu.com. Selain itu beberapa bulan terakhir sempat terjadi konflik antara Indonesia dan Cina yang berada di Laut Cina Selatan yang diduga karena permasalahan dengketa kepemilikan kedaulatan territorial dan memperebutkan gas alam yang terdapar di dasar laut tersebut.

Dari tiga permasalahan dengan negara tetangga, seharusnya menjadi evaluasi supaya pemerintah segera memberikan kebijakan dan strategi pembangunan wilayah maritim untuk mencapai ketahanan dan keamanan nasional yang ketat dan kuat  di daerah laut Kalimantan Barat apalagi daerah tersebut kaya akan sumber daya alam dan berbatasan langsung dengan negara tetangga. Selain meningkatkan keamanan pemerintah juga memberikan pendidikan kemaritiman ke masyarakat sekitar pesisir dan menciptakan lapangangan pekerjangan yang bisa memanfaatkan sumber daya alam yang terdapat di laut Kalimantan Barat.

Kalimantan barat saat ini juga banyak mempunyai wisata bahari yang mampu menarik wisatawan domestik maupun mancanegara, namun saat ini terkendala oleh infrastruktur yang kurang memadai dan sumber daya manusia yang masih jauh dari harapan. Dengan banyaknya potensi wisata seperti pantai, pulau, terumbu karang, konservasi hutan manggrove dan konservasi penyu namun hasil yang diharapkan masih belum maksimal. Kerjasama anatara pmerintah dan masyarakat dalam menciptkanan sumber daya manusia unggul. Dalam hal ini sosialisasi, pendidikan dan perhatian pemerintah sangat diperlukan.

Bangsa dan beberapa daerah yang kaya hasil laut sudah saatnya seperti daerah Kalimantan Barat sudah seharusnya merubah cara pandang pembangunan dari pembangunan yang semata berbasis daratan (Land based development) menjadi lebih berorientasi kepada pembangunan berbasis kelautan (Ocean based development), mengingat negara kita adalah negara kepulauan yang sudah diakui dunia dan terakomodasi dalam UUD 1945 pasal 25A. beberapa pakar juga menyatakan bahwa potensi laut sangat besar memeberikan keuntungan. prospek pengelolaan sumber kekayaan alam di lepas pantai semakin memberikan peluang mengingat ditemukannya indikasi baru potensi ”mineral hidrotermal” di dasar laut dalam (Lili Sarmili, 2002; Subaktian Lubis 2002; dan Halbach, 2003). Oleh sebab itu, orientasi pembangunan yang sebelumnya lebih memperhatikan wilayah daratan perlu diubah mengingat laut merupakan sumber penghidupan di masa depan. Paradigma pembangunan di sektor kelautan yang menyimpan kekayaan alam yang luar biasa menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk mengembalikan kejayaan bangsa ini sebagai negara maritim.


Penulis  Riko Saputra Ketua Ikatan Mahasiswa Kecamatan Teluk Keramat (IMTEK) periode 2014-2016

Selasa, 23 Agustus 2016

Motivasi Pendidikan di Desa Tempapan Hulu


Riko Saputra dan Lamazi M,Hum sedang memberikan materi dan informasi pada masyarakat



Dalam meningkatkan pentingnya pendidikan di Kabupaten Sambas, Asrama Mahasoswa Kabupaten Sambas Pantai Utara (AMKS PANTURA) baru saja menyelenggarkan seminar dan motivasi pendidikan pada Minggu 3 Juli 2016 di Aula SD N 10 Daup Desa Tempapan Hulu, Kecamatan Galing. Seminar yang dilaksanakan mengusung tema “Belajar Tiada Henti, Gapailah Cita Yang Tinggi,  ” menghadirkan pemateri Lamazi, M. Hum selaku akademisi dan dosen IAIS Sambas.

Ketua umum AMKS PANTURA, Dedi mengatakan seminar tersebut merupakan ajang silaturahmi mahasiswa dengan masyarakat dan juga bentuk perhatian mahasiswa yang tinggal di asrama terhadap perkembangan pendidikan yang ada di Kabupaten Sambas, “saat ini tingkat pendidikan di Kabupaten Sambas masih memprihatinkan, banyak masyarakat yang putus sekolah dan menikah diusia muda”.
Dia menambahkan bahwa kondisi tersebut disebabkan minimnya motivasi dan sedikitnya informasi yang yang diketahui oleh masyarakat. Menurutnya pendidikan harus segera di optimalkan menimbang Kabupaten Sambas merupakan garda terdepan dengan negara Malaysia. “dengan banyaknya informasi yang telah dibagikan ke masyarakat, semoga dapat memberikan dampak positif kedepannya, semua elemen masyarakat harus bekerja sama dalam menciptakan daerah yang lebih baik” tegasnya.

Hal senada juga dikatakan oleh tokoh masyarakat Tempapan Hulu, Asmanto. Dia memaparkan bahwa sudah sepatutnya mahasiswa harus bekerja sama dalam mencerdaskan bangsa. Apa yang dilakukan mahasiswa juga sangat berpengaruh di masyarakat maka harapannya mahasiswa bisa memberikan contoh yang baik, “kita harus bermitra dan berharap mahasiswa dapat memberikan contoh dalam memajukan daerah Kabupaten Sambas khususnya di desa Tempapan Hulu,” ujarnya dalam memberikan sambutan.

Dalam penyampaian materi, Lamazi melihat bahwa kabupaten sambas khususnya desa Tempapan Hulu  mempunyai beberapa potensi yang dapat meningkatkan kemajuan Daerah, namun saat ini masih mengalami kekurangan pada sumber daya manusia yang unggul, maka untuk memperbaiki hal tersebut selain menciptakan SDA yang unggul dan berkualitas, harus menempuh pendidikan yang laebih tinggi.

“Perubahan tidak bisa dilakukan jika hanya diam, tetapi harus bersungguh-sugguh dalam menuntut ilmu, partisipasi seluruh komponen masyarakat baik dalam motivasi maupun memfasilitasi pemuda untuk sekolah sangat diperlukan. ”tegas Lamazi yangjuga melupakan alumnus Asrama Mahasiswa Kabupaten Sambas Pantai Utara.

Lamazi menegaskan untuk saat ini dalam menempuh pendidikan sudah sangat mudah yakni di Kabuapten Sambas sudah ditemui beberapa perguruan tinggi,  sudah banyak beasiswa yang disediakan serta banyak fasilitas yang diberikan untuk masyarakat, “sangat sayang jika kesempatan tersebut tidak dimanfaatkan, basiswa banyak dan fasilitas pemda seperti asarama juga tersedia, oleh karena itu sudah sepatutnya masyarakat sadar akan penting dan mudahnya sekolah”, ujarnya.

Dia juga menambahkan peran pemuda dan mahasiswa sangat diharapkan bisa memberikan kontribusi untuk memajukan daerah. Saat ini dengan besarnya dana desa semoga mahasiswa dan pemuda bisa mengabdi di desa dan daerahnya, “pemuda dan mahasiswa harus kembali ke desa”.

Seminar yang dimulai dari 08.00 WIB diapresiasi baik oleh masyarakat dan peserta. Almizan ketua panitia mengungkapkan peserta yang hadir sekitar tiga puluh orang dan berasal dari berbagai lapisan masyarakat seperti beberapa siswa, mahasiswa, perangkat desa, dan masyarakat desa Tempapan Hulu. Dalam pelaksanaanya dimulai dngan memberikan materi dan motivasi pendidikan, penyampaian informasi beasiswa yang terdapat di sekolah maupun perguruan tinggi serta mensosialisasikan bantuan pemda Kabupaten Sambas seperti beasiswa pemda dan asrama yang telah disediakan untuk masyarakat Kabupaten Sambas.


“alhamdulilah masyarakat sangat mengapresisasi, banyak informasi yang telah di bagikan semoga masyarakat sadar akan pentingnya pendidikan.” Ujar mahasiswa IAIN Pontianak.
Kegiatan ditutup dengan membagikan sekitar 30 helai seragam sekolah SD, SMP, SMA dan beberapa alat tulis ke masyarakat, “walaupun tidak seberapa semoga bisa meingkatkan motivasi masyarakat dan hadiah yang dibagikan merupakan kerjasama panitia dengan Dinas Sosial Kabupaten Sambas”tutup Mizan.

Melestarikan Budaya dengan Malam Keakraban

Masyarakat Desa Tempapan Hulu sedang menyaksikan Film Tullah di halaman SD N 10 Daup
Untuk melestraikan dan megapresiasi karya masyarakat Sambas, Asrama Mahasiswa Kabupaten Sambas Pantai Utara menggelar malam keakraban di halam SD 10 Daup dengan masyarakat desa Tempapan hulu Kecamatan Galing pada Sabtu malam tepatnya 2 Juli 2016. Malam keakraban tersebut diisi dengan nonton bareng film karya masyarakat Sambas yaitu film yang berjudul Tullah.
Dira selaku penanggung jawab acara mengatakan bahwa selain untuk mengakbrabkan antara mahasiswa dengan masyrakat, agenda tersebut merupakan upaya untuk menggali budaya serta membedah film yang kaya akan budaya Kabupaten Sambas. “tujuan dari kegitan ini adalah untuk melestarikan budaya yakni adata dan bahasa Melayu Sambas serta menganalisis pesan moral dari film tersebut” ujarnya saat diwawancara.

Film yang menceritakan tentang masyarakat Sambas, menurut Dira sangat cocok untuk ditonton oleh semua masyarakat karena beberapa pesan moral baik untuk diterapkan di Masyarakat dan lewat film tersebut dapat melatih masyarakat Sambas supaya lebih kreatif dalam mengenalkan budaya ke Luar Kabupaten Sambas, “seperti kita harus sopan dan patuh dengan kedua orang tua, itu merupakan pesan yang sanagt baik untuk diterapkan, selain itu budaya dan obejek wisata yang diperlihatkan dalam film juga sangat baik untuk mempromosikan Kabupaten Sambas”tegas Dira yang juga aktif di organisasi Ikatan Mahasiswa Paloh.

Selain nonton bareng, malam keakraban tersebut juga diisi diskusi dan tanya jawab antara mahasiswa dan masyarakat.  Dalam diskusi tersebut selain mendiskusikan tentang film Tullah, bebera masyarakat juga sempat mendiskusikan tentang pembangunan dan pendidikan yang ada di kabupten Sambas tepatnya di Desa Tempapan Hulu.


Satu diantara beberapa Masyarakat yang hadir mengatakan sangat terbantu dengan kegiatann mahasiswa. Menurutnya selain memberikan pencerahan dengan masyarakat, semoga mahasiswa juga dapat menyampakan keluhan masyarakat kepada Pemerintah, “kegiatan malam keakrban dan nonton bareng sangat bermanfaat, selain menghibur, melestarikan budaya kegiatan tersebut juga kaya akan informasi dan harapannya mahasiswa juga bisa menyampaikan keluhan kami seperti infrastruktur jalan Desa Tempapan Hulu,” tegas Sahdan yang juga aktif sebagai remaja masjid Dusun Semanas Desa Tempapan Hulu.

Jumat, 12 Agustus 2016

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KHUSUSNYA BIDANG SINTAKSIS DI SMA PERLU DIOPTIMALKAN

Pendidikan di Indonesia saat ini harus menjadi perhatian serius. Berdasarakan hasil nilai ujian (UN) siswa Sekolah Menangah Atas  (SMA) yang dikeluarkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, khusus mata pelajaran Bahasa Indoensia masih rendah. Tahun ajaran 2014-2015 nilai rata-rata ujian siswa kelas jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada mata pelajaran Bahasa Indonesia hanya mencapai 69 dengan katagori C, sedangkan siswa jurusan  Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) nilai rata-rata hanya mencapai 76 dengan katagori B.

Jika diperhatikan permasalahan tersebut memang sudah terjadi dari tahun sebelumnya. Hasil UN pada 2012 juga menunjukkan bahwa 25 persen siswa jurusan bahasa tidak lulus mata pelajaran bahasa Indonesia. Pada siswa jurusan IPS yang tidak lulus mata pelajaran ini sekitar 19 persen, dan siswa IPA hanya 12 persen (Tempo.Co). Sudah sepatutnya dengan hasil yang demikian maka kita harus memberikan perhatian terhadap perkembagan bahasa Indonesia.

Menurut (Strevens, 1980:25), rendahnya nilai ujian siswa dan keberhasilan suatu sistem pengajaran ternyata dapat ditentukan oleh tujuan yang realistis dapat diterima oleh semua pihak, sarana, dan organisasi yang baik, intensitas pengajaran yang tinggi, serta kurikulum dan silabus yang tepat guna. Hal senada juga disampaikan oleh Suhardi selaku guru besar UGM, menurutnya guru bahasa Indonesia saat ini ditekankan untuk mengajar puisi, sastra, jurnalistik, dan lainnya yang akan berdampak pada pembelajaran bahasa Indonesia sebagai sebuah ilmu pengetahuan menjadi tidak utuh. Pada pembelajaran yang dibahas hanya sebatas elementer atau hanya sebatas pengetahuan informatif. Dari pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa saat ini satu diantara beberapa faktor rendahya hasil belajar bahasa Indoenesia di suatu tingkat pendidikan adalah masih belum menemukan cara dan sistem yang tepat.

Seharusnya dalam sistem pembelajaran bahasa Indonesia jumlah jam mata pelajaran yang membahas kebahasaan khususnya bidang sintaksis lebih dioptimalkan dan difokuskan. Dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia peranaan linguistik sangatlah penting. Linguitik mampu memberikan pengethuan  dan mendidik sisa dapat mengaplikasiakn teori-teori linguistik secara tepat. Penyusanan buku pelajaran di satuan pendidikan seperti SD, SMP, dan SMA yang berpatokan pada kurikulum dan silabus harus memperhatikan teori-teori linguistik  khususnya sintaksis. Mata pelajaran bahasa Indonesia di SMA adalah mengajarakan bagaimana cara siswa berkomunikasi yang baik dan benar maka sudah sepatutnya siswa selalu dilatih dan diajarkan bagaimana cara mengetahui ilmu sintaksis yang didalamnya terkandung penggunaan frasa, klausa, kalimat dan wacana. Menutur Stryker (1969:21) sintaksis adalah telaah mengenai pola-pola yang digunakan sebagai sarana untuk menggabung beberapa kata menjadi kalimat.

Kaitannya dengan saat ini masih banyak siswa tidak mengerti teori linguistik khususnya sintaksis cantohnya kurang mengerti frasa, klausa, kalimat dan wacana. Padahal dalam berbahasa keempat aspek tersebut sangat penting dan berkaitan. Siswa harus dilatih secara serius untuk membuat kalimat dan wacana baik secara teoretis maupun paktik. Maka dengan demikian lambat laun siswa akan menemukan bagaimana cara berbahasa dan baik dan benar baik itu berbahasa lisan maupun berbahasa tulisan.

Penulis : Riko Saputra
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan