Pendidikan di Indonesia saat ini harus menjadi perhatian serius. Berdasarakan hasil nilai ujian (UN) siswa Sekolah Menangah Atas (SMA) yang dikeluarkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, khusus mata pelajaran Bahasa Indoensia masih rendah. Tahun ajaran 2014-2015 nilai rata-rata ujian siswa kelas jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada mata pelajaran Bahasa Indonesia hanya mencapai 69 dengan katagori C, sedangkan siswa jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) nilai rata-rata hanya mencapai 76 dengan katagori B.
Jika diperhatikan permasalahan tersebut memang sudah terjadi dari tahun sebelumnya. Hasil UN pada 2012 juga menunjukkan bahwa 25 persen siswa jurusan bahasa tidak lulus mata pelajaran bahasa Indonesia. Pada siswa jurusan IPS yang tidak lulus mata pelajaran ini sekitar 19 persen, dan siswa IPA hanya 12 persen (Tempo.Co). Sudah sepatutnya dengan hasil yang demikian maka kita harus memberikan perhatian terhadap perkembagan bahasa Indonesia.
Menurut (Strevens, 1980:25), rendahnya nilai ujian siswa dan keberhasilan suatu sistem pengajaran ternyata dapat ditentukan oleh tujuan yang realistis dapat diterima oleh semua pihak, sarana, dan organisasi yang baik, intensitas pengajaran yang tinggi, serta kurikulum dan silabus yang tepat guna. Hal senada juga disampaikan oleh Suhardi selaku guru besar UGM, menurutnya guru bahasa Indonesia saat ini ditekankan untuk mengajar puisi, sastra, jurnalistik, dan lainnya yang akan berdampak pada pembelajaran bahasa Indonesia sebagai sebuah ilmu pengetahuan menjadi tidak utuh. Pada pembelajaran yang dibahas hanya sebatas elementer atau hanya sebatas pengetahuan informatif. Dari pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa saat ini satu diantara beberapa faktor rendahya hasil belajar bahasa Indoenesia di suatu tingkat pendidikan adalah masih belum menemukan cara dan sistem yang tepat.
Seharusnya dalam sistem pembelajaran bahasa Indonesia jumlah jam mata pelajaran yang membahas kebahasaan khususnya bidang sintaksis lebih dioptimalkan dan difokuskan. Dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia peranaan linguistik sangatlah penting. Linguitik mampu memberikan pengethuan dan mendidik sisa dapat mengaplikasiakn teori-teori linguistik secara tepat. Penyusanan buku pelajaran di satuan pendidikan seperti SD, SMP, dan SMA yang berpatokan pada kurikulum dan silabus harus memperhatikan teori-teori linguistik khususnya sintaksis. Mata pelajaran bahasa Indonesia di SMA adalah mengajarakan bagaimana cara siswa berkomunikasi yang baik dan benar maka sudah sepatutnya siswa selalu dilatih dan diajarkan bagaimana cara mengetahui ilmu sintaksis yang didalamnya terkandung penggunaan frasa, klausa, kalimat dan wacana. Menutur Stryker (1969:21) sintaksis adalah telaah mengenai pola-pola yang digunakan sebagai sarana untuk menggabung beberapa kata menjadi kalimat.
Kaitannya dengan saat ini masih banyak siswa tidak mengerti teori linguistik khususnya sintaksis cantohnya kurang mengerti frasa, klausa, kalimat dan wacana. Padahal dalam berbahasa keempat aspek tersebut sangat penting dan berkaitan. Siswa harus dilatih secara serius untuk membuat kalimat dan wacana baik secara teoretis maupun paktik. Maka dengan demikian lambat laun siswa akan menemukan bagaimana cara berbahasa dan baik dan benar baik itu berbahasa lisan maupun berbahasa tulisan.
Penulis : Riko Saputra
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar