Mimbaruntan.com, Pontianak—Dung, dung, tak, dung, tak, dung, suara gendang berdendang disaat suana pagi yang masih tenang dan dingin. Sabtu, 22 Maret 2015 sang surya baru saja keluar dari peraduannya, titik bias cayaha yang dipantulkan oleh kumpulan embun dari ngiur daun kelapa tampak berkilauan. Suara gendang yang diringi dengan suara rumba dan tamborin serta serta suara teriakan dari angota tim Zikir Nazam menjadikan kaloborasi musik merdu yang harmoni. Lantunan seperti ayat-ayat suci Alquran pun dibacakan membuat jiwa menjadi lebih tenang.
Aku berjalan perlahan mencari sumber suara yang membuatku penasaran. Langkah demi langkah membuat suara itu semakin jelas. Terlihat disisi kanan badan jalan Gang Cengkeh, Sungai Jawi tepatnya di rumah kediaman bapak Agustian tampak sebuah tenda yang beratap warna hijau. Tenda yang beralaskan karpet tebal penuh dengan sekelompok bapak yang sedang duduk bersila. Posisi duduk mereka membentuk sebuah lingkaran yang mengelilingi seseorang lelaki tua bernama Kasiri (62) sudah agak uzur, berbaju putih bergaris coklat, menggunakan kain sarung kotak-kotak, kopiah hitam menyelimuti kepalanya dan kulit keriput sudah jelas dari jauh. Dia pun sedang duduk sambil membawa buku Zikir Nazam yang dikenal dengan nama kitab barjanji.
Kasiri (62) adalah ketua Grup Zikir Nazam Nur Islam Sungai Jawi Pontianak yang berdiri pada tahun 1985 dengan personil berjumlah belasan orang yang selalu menghadiri undangan untuk mengisi acara gunting rambut, syukuran nikahan dan hajatan, “Kami ini dari tim Zikir Nazam Nur Islam Sungai Jawi, yang akan melaksanakan acara gunting rambut” katanya ketika ditanya disela waktu istirahat berzikir sambil merapikan kitab Barjanji.
Setelah beristirahat beberapa menit untuk merenggangkan tubuh, minum air dan membentulkan gendang, anggota tim zikir kembali bersiap untuk melanjutkan kegiatanya yang disebut membaca asraqal. Membaca Araqal merupakan tahap kedua sekaligus tahap yang terakhir. Semua anggota tim mulai berdiri. Mereka melantunkan dengan nada yang sangat tinggi kemudian nada rendah dan kemudian nada datar dengan bantuan pengeras suara. Bergiliran dua baris per orang sambil mengelilingkan pengeras suaranya yang dipandu oleh Malakkan atau tukang pimpin baca Asraqal,”Zikir Nazam terdiri dari dua agenda yang pertama baca Asalay dan yang kedua baca Asraqal, untuk memimpinnya dipercayakan dengan saya sendiri” Ujar bapak yang akrab disapa dengan sebutan Pakteh.
Suasana semakin ramai dengan dilantunkanya nada tinggi yang rancak seoarang bapak membawa baki yang berisi buah kelapa yang diporos atasnya, beras kuning dalam mangkuk, dan sebilah gunting. Sang bapak tersebut langsung berdiri di posisi paling tengah, tidak hanya itu seorang ayah yang menggendong bayi menggunakan selendang bermotif tenun Sambas juga mengikuti dari belakang dia juga mengambil posisi paling tengah. Satu persatu anggota tim zikir pun menuju kearah baki untuk mengambil sebilah gunting yang bewarna putih lalu di arahkan ke rambut bayi yang sedang tertidur pulas. Bayi yang masih sangat mungil dan baru berumur dua minggu hanya pasrah ketika rambutnya sedang dipotong oleh bapak-bapak dari anggota zikir, kakeknya, dan para undangan. Ritual gunting rambut yang khas menampakan budaya Sambas hanya memakan waktu sebentar, kemudian sang bapak yang masih erat mengendong bayinya serta bapak yang memegang baki langsung keluar dari lingkaran anggota tim zikir dan langsung masuk ke dalam rumah.
“itoklah ritual gunting rambut ala Budaya Sambas, selain menjalankan sunah Rasulullah dalam ritual itok juak juga kaya akan makna dan arti. Untok sekarang banyak masyarakat yang hijrah di Pontianak masih melaksanakan gunting rambut yang diiringi dengan Zikir Nazam, namun banyak juak urang Sambas yang sudah melupakan” jelas Kasiri yang kental dengan logat bahasa Sambasnya.
Acara Zikir Nazam pun selesai dilaksanakan, Pak Kasiri ayah dari empat orang anak segera mengambil air kopi yang sudah disiapkan oleh tuan pemilik rumah. Dia tersenyum sambil duduk menghampiriku. Lalu dia menceritakan suka duka pengalaman Tim Zikir Nazam Nur Islam. yang sudah ke seluk beluk daerah Kota Pontianak, maupun Kabupaten Kubu Raya. Dia mengatakan sampai saat ini masih selalu diundang, “ biasanya setiap minggu kami selalu diundang dari rumah ke rumah”, Jelasnya
Aku mengambil air mineral dari dalam tasku itu untuk segera diminun, setelah itu aku melontarkan lagi pertanyaan tentang pendapatan ketika mengisi acara. Dia menjawab, untuk harga sekarang tidak menentu kadang tiga rutus ribu rupiah. Hasil panggilan itu hanya untuk uang kas tim saja. Biasanya digunaan untuk perbaikan pengeras suara, gendang dan pakaian seragam anggota. “tarif tidak kami tentukan, diundang saja kami sudah senang. Untuk honor itu pun kami simpan untuk kas saja,” jelasnya sambil merapikan peralatan Zikir.
Mataku kemudian tertuju kearah seorang yang tidak kalah tuanya sedang sibuk merapikan gendang. Bapak itu bernama Helmi (58) yang ahli di bagian gendang, aku menghampirinya untuk mengobrol. Dia menceritakan bahwa senang sekali ketika ada acara zikir. Dia dapat mengenal dan bergurau dengan orang yang berasal dari daerah yang sama yaitu daerah Sambas. “Dalam group ini anggotanya adalah orang Sambas” tambah bapak yang profesinya kuli bangunan.
Dia berkata lagi, kami sudah berusaha untuk mencari pengganti kami, terutama anak-anak muda yang masih kuat tenaganya. Sampai saat ini anggotanya sudah tua-tua. Ada yang pensiunan polisi, pensiunan guru, dan bekerja di berbagi kantor di kota Pontianak “jarang sekali anak muda yang mau”, jelasnya sambil tersenyum.
Bapak yang karab di sapa Pakndah berkata, lanjutkan budaya Zikir Nazam ini. Jangan sampai jangan sampai hilang di telan zaman, nantinya anak dan cucu kita tidak tahu dengan budaya khas Sambas yaitu Zikir Nazam. Dia juga menegaskan walaupun tidak berada di tanah kelahiran, walaupun sudah berada jauh di daerah rantau, kita harus melestarikan dan selalu membawa budaya asal, kita harus mendendangkan budaya asal walaupun di tanah rantau “Masyarakat Sabas yang berada di luar Sambas harus sadar dan bertindak untuk melestarikan budaya ini”, tutur Helmi berharap kedepan.
Riko Saputra
Reporter Mimbar Untan
KISAH NYATA..............
BalasHapusAss.Saya IBU.FATMA WATI Dari Kota surabaya Ingin Berbagi Cerita
dulunya saya pengusaha sukses harta banyak dan kedudukan tinggi tapi semenjak
saya ditipu oleh teman hampir semua aset saya habis,
saya sempat putus asa hampir bunuh diri,tapi saya buka
internet dan menemukan nomor Ki Dimas,saya beranikan diri untuk menghubungi beliau,saya dikasi solusi,
awalnya saya ragu dan tidak percaya,tapi saya coba ikut ritual dari Ki Dimas alhamdulillah sekarang saya dapat modal dan mulai merintis kembali usaha saya,
sekarang saya bisa bayar hutang2 saya di bank Mandiri dan BNI,terimah kasih Ki,mau seperti saya silahkan hub Ki
Dimas Taat Pribadi di nmr 081340887779 Kiyai Dimas Taat Peribadi,ini nyata demi Allah kalau saya bohong,indahnya berbagi,assalamu alaikum.
KEMARIN SAYA TEMUKAN TULISAN DIBAWAH INI SYA COBA HUBUNGI TERNYATA BETUL,
BELIAU SUDAH MEMBUKTIKAN KESAYA !!!.
PESUGIHAN DANA GAIP KY DIMAS KANJENG