Selasa, 30 Agustus 2016

Merubah Paradigma Dari Darat Ke Laut

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan jumlah pulau sekitar 17.204 dan memiliki luas daratan 5,8 juta Km². Indonesia juga memiliki wilayah laut yang sangat luas, sekitar 80% wilayah laut termasuk Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) dan 20% wilayah darat. Data tersebut sangat jelas menunjukan bahwa wilayah daratan sangat sedikit dibandingkan dengan wilayah kelautan. Di dunia inetrnasional Indonesia telah diakui sebagai negara maritim yang ditetapkan dalam UNCLOS (United Nation Conventation on the Law Of Sea) pada tahun 1982
.
Berkaitan dengan kondisi laut Indonesia, penulis akan memaparkan kondisi kemaritiman dan kelautan yang terdapat di Kalimantan Barat. Luas wilayah Provinsi Kalimantan Barat adalah 146.807 km² (7,53% luas Indonesia) yang sebelah selatan berbatasan langsung dengan Laut Jawa dan sebelah utara berbatasan langsung dengan Selat Karimata, laut Cina Selatan dan laut Natua. Provinsi Kalimantan Barat memiliki tujuh Kabupaten/Kota yang merupakan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yaitu Kab. Sambas, Kota Singkawang, Kab. Bengkayang, Kab. Pontianak, Kab. Kubu Raya, Kab. Kayong Utara, dan Kab. Ketapang.  Jumlah pulau-pulau kecil di Kalimantan Barat berjumlah 212 buah, yang tersebar di tujuh kabupaten/kota pesisir tersebut. Berdasarakan data yang dirilis Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 panjang garis pantai adalah 1.398 Km dan Luas laut sebesar: 3,2 Juta Ha

Dengan wilayah laut yang luas, tentunya potensi laut yang berada di daerah Kalimantan Barat banyak menyimpan potensi laut yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat. Laut dalam hal ini sangat kaya akan sumber daya alam yang dapat diperbarui seperti biota laut, ikan, rumput laut, terumbu karang, hutan mangrove, wisata bahari, media transportasi antar pulau yang sangat ekonomis dan lain sebagainya. Selain sumber daya yang dapat diperbarui, laut juga banyak menyimpan sumber daya yang tidak dapat diperbarui seperti gas bumi, minya dan mineral. Sangat jelas dengan kekayaan yang melimpah seharusnya potensi kekayaan laut segera dimanfaatkan bukan ditelantarkan.
Peluang yang sangat besar untuk meningkatkan perekonomian daerah dengan memanfaatkan potensi sumberdaya laut sepatutnya memberikan kontribusi yang besar. Bahkan sudah sepatutnya pula menjadi sektor penggerak ekonomi daerah maupun nasional. Pada kenyataannya sektor perikanan dan kelautan nasional di Kalimantan Barat masih belum dimanfaatkan secara baik danoptimal, hal ini diperlihatkan dari data secara kasat mata bahwa masyarakat pesisir yang merupakan masyarakat yang paling dekat dengan sumberdaya laut umumnya masih tergolong masyarakat dengan tingkat kesejahteraan rendah.

Pemerintah saat ini memfokuskan pembangunan di berbagai sektor atau wilayah yang berpotensi besar dalam menyumbang pada pertumbuhan ekonomi, yang pada umumnya berlokasi di kawasan darat. Dimana paradigma yang terus berlangsung sampai saat ini oleh para pengambil kebijakan di tingkat pusat dan daerah lebih berorientasi ke darat daripada sektor laut. Seperti banyaknya pelabuhan yang terdapat di Indonesia maupaun Kalimantan Barat. Perkembangan pelabuhan di Indonesia menurut data World Economy Forum dalam Global Competitiveness Report tahun 2014-2015 kualitas infrastruktur pelabuhan Indonesia hanya berada pada peringkat 77 dari 143 negara. Hal ini tergolong buruk jika dibandingkan dengan kualitas infrastruktur lainnya seperti infrastruktur kereta api peringkat 41, infrastruktur jalan peringkat 72, dan infrastruktur bandara peringkat 72, (dikutip dalam buku Statistik Bongkar Muat Barang Di Pelabuhan Kabupaten Sambas:2014).

Laut Kalimantan Barat seperti di Paloh Kabupaten Sambas sebenarnya juga mempunyai kekayaan sumber daya alam seperti kaya akan gas alam dan populasi ikan yang beragam. Namun karena fokus pemerintah kurang di sektor kelautan maka berdampak dengan banyak permasalahan yang muncul, seperti pada tahun 2011 pernah terjadi perselisihan antara Malaysia dan Indonesia yang saling mengklaim wilayah pantai tanjung datok dan camar bulan merupakan wilayah Malaysia. Setahun terakhir ini wilayah laut kalimantan Barat juga sempat menjadi pusat perhatian Menteri Keluatuan Dan Peikanan bahwa laut Kalimantan Barat merupakan daearah paling rawan pencurian ikan yang ada di Indonesia, dilansir dari Tempo.Co dan www.beritasatu.com. Selain itu beberapa bulan terakhir sempat terjadi konflik antara Indonesia dan Cina yang berada di Laut Cina Selatan yang diduga karena permasalahan dengketa kepemilikan kedaulatan territorial dan memperebutkan gas alam yang terdapar di dasar laut tersebut.

Dari tiga permasalahan dengan negara tetangga, seharusnya menjadi evaluasi supaya pemerintah segera memberikan kebijakan dan strategi pembangunan wilayah maritim untuk mencapai ketahanan dan keamanan nasional yang ketat dan kuat  di daerah laut Kalimantan Barat apalagi daerah tersebut kaya akan sumber daya alam dan berbatasan langsung dengan negara tetangga. Selain meningkatkan keamanan pemerintah juga memberikan pendidikan kemaritiman ke masyarakat sekitar pesisir dan menciptakan lapangangan pekerjangan yang bisa memanfaatkan sumber daya alam yang terdapat di laut Kalimantan Barat.

Kalimantan barat saat ini juga banyak mempunyai wisata bahari yang mampu menarik wisatawan domestik maupun mancanegara, namun saat ini terkendala oleh infrastruktur yang kurang memadai dan sumber daya manusia yang masih jauh dari harapan. Dengan banyaknya potensi wisata seperti pantai, pulau, terumbu karang, konservasi hutan manggrove dan konservasi penyu namun hasil yang diharapkan masih belum maksimal. Kerjasama anatara pmerintah dan masyarakat dalam menciptkanan sumber daya manusia unggul. Dalam hal ini sosialisasi, pendidikan dan perhatian pemerintah sangat diperlukan.

Bangsa dan beberapa daerah yang kaya hasil laut sudah saatnya seperti daerah Kalimantan Barat sudah seharusnya merubah cara pandang pembangunan dari pembangunan yang semata berbasis daratan (Land based development) menjadi lebih berorientasi kepada pembangunan berbasis kelautan (Ocean based development), mengingat negara kita adalah negara kepulauan yang sudah diakui dunia dan terakomodasi dalam UUD 1945 pasal 25A. beberapa pakar juga menyatakan bahwa potensi laut sangat besar memeberikan keuntungan. prospek pengelolaan sumber kekayaan alam di lepas pantai semakin memberikan peluang mengingat ditemukannya indikasi baru potensi ”mineral hidrotermal” di dasar laut dalam (Lili Sarmili, 2002; Subaktian Lubis 2002; dan Halbach, 2003). Oleh sebab itu, orientasi pembangunan yang sebelumnya lebih memperhatikan wilayah daratan perlu diubah mengingat laut merupakan sumber penghidupan di masa depan. Paradigma pembangunan di sektor kelautan yang menyimpan kekayaan alam yang luar biasa menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk mengembalikan kejayaan bangsa ini sebagai negara maritim.


Penulis  Riko Saputra Ketua Ikatan Mahasiswa Kecamatan Teluk Keramat (IMTEK) periode 2014-2016

Merubah Paradigma Dari Darat Ke Laut

Kekayaan laut yang berada di ekor borneo (sumber gambar internet anoname)
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan jumlah pulau sekitar 17.204 dan memiliki luas daratan 5,8 juta Km². Indonesia juga memiliki wilayah laut yang sangat luas, sekitar 80% wilayah laut termasuk Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) dan 20% wilayah darat. Data tersebut sangat jelas menunjukan bahwa wilayah daratan sangat sedikit dibandingkan dengan wilayah kelautan. Di dunia inetrnasional Indonesia telah diakui sebagai negara maritim yang ditetapkan dalam UNCLOS (United Nation Conventation on the Law Of Sea) pada tahun 1982
.
Berkaitan dengan kondisi laut Indonesia, penulis akan memaparkan kondisi kemaritiman dan kelautan yang terdapat di Kalimantan Barat. Luas wilayah Provinsi Kalimantan Barat adalah 146.807 km² (7,53% luas Indonesia) yang sebelah selatan berbatasan langsung dengan Laut Jawa dan sebelah utara berbatasan langsung dengan Selat Karimata, laut Cina Selatan dan laut Natua. Provinsi Kalimantan Barat memiliki tujuh Kabupaten/Kota yang merupakan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yaitu Kab. Sambas, Kota Singkawang, Kab. Bengkayang, Kab. Pontianak, Kab. Kubu Raya, Kab. Kayong Utara, dan Kab. Ketapang.  Jumlah pulau-pulau kecil di Kalimantan Barat berjumlah 212 buah, yang tersebar di tujuh kabupaten/kota pesisir tersebut. Berdasarakan data yang dirilis Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 panjang garis pantai adalah 1.398 Km dan Luas laut sebesar: 3,2 Juta Ha

Dengan wilayah laut yang luas, tentunya potensi laut yang berada di daerah Kalimantan Barat banyak menyimpan potensi laut yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat. Laut dalam hal ini sangat kaya akan sumber daya alam yang dapat diperbarui seperti biota laut, ikan, rumput laut, terumbu karang, hutan mangrove, wisata bahari, media transportasi antar pulau yang sangat ekonomis dan lain sebagainya. Selain sumber daya yang dapat diperbarui, laut juga banyak menyimpan sumber daya yang tidak dapat diperbarui seperti gas bumi, minya dan mineral. Sangat jelas dengan kekayaan yang melimpah seharusnya potensi kekayaan laut segera dimanfaatkan bukan ditelantarkan.
Peluang yang sangat besar untuk meningkatkan perekonomian daerah dengan memanfaatkan potensi sumberdaya laut sepatutnya memberikan kontribusi yang besar. Bahkan sudah sepatutnya pula menjadi sektor penggerak ekonomi daerah maupun nasional. Pada kenyataannya sektor perikanan dan kelautan nasional di Kalimantan Barat masih belum dimanfaatkan secara baik danoptimal, hal ini diperlihatkan dari data secara kasat mata bahwa masyarakat pesisir yang merupakan masyarakat yang paling dekat dengan sumberdaya laut umumnya masih tergolong masyarakat dengan tingkat kesejahteraan rendah.

Pemerintah saat ini memfokuskan pembangunan di berbagai sektor atau wilayah yang berpotensi besar dalam menyumbang pada pertumbuhan ekonomi, yang pada umumnya berlokasi di kawasan darat. Dimana paradigma yang terus berlangsung sampai saat ini oleh para pengambil kebijakan di tingkat pusat dan daerah lebih berorientasi ke darat daripada sektor laut. Seperti banyaknya pelabuhan yang terdapat di Indonesia maupaun Kalimantan Barat. Perkembangan pelabuhan di Indonesia menurut data World Economy Forum dalam Global Competitiveness Report tahun 2014-2015 kualitas infrastruktur pelabuhan Indonesia hanya berada pada peringkat 77 dari 143 negara. Hal ini tergolong buruk jika dibandingkan dengan kualitas infrastruktur lainnya seperti infrastruktur kereta api peringkat 41, infrastruktur jalan peringkat 72, dan infrastruktur bandara peringkat 72, (dikutip dalam buku Statistik Bongkar Muat Barang Di Pelabuhan Kabupaten Sambas:2014).

Laut Kalimantan Barat seperti di Paloh Kabupaten Sambas sebenarnya juga mempunyai kekayaan sumber daya alam seperti kaya akan gas alam dan populasi ikan yang beragam. Namun karena fokus pemerintah kurang di sektor kelautan maka berdampak dengan banyak permasalahan yang muncul, seperti pada tahun 2011 pernah terjadi perselisihan antara Malaysia dan Indonesia yang saling mengklaim wilayah pantai tanjung datok dan camar bulan merupakan wilayah Malaysia. Setahun terakhir ini wilayah laut kalimantan Barat juga sempat menjadi pusat perhatian Menteri Keluatuan Dan Peikanan bahwa laut Kalimantan Barat merupakan daearah paling rawan pencurian ikan yang ada di Indonesia, dilansir dari Tempo.Co dan www.beritasatu.com. Selain itu beberapa bulan terakhir sempat terjadi konflik antara Indonesia dan Cina yang berada di Laut Cina Selatan yang diduga karena permasalahan dengketa kepemilikan kedaulatan territorial dan memperebutkan gas alam yang terdapar di dasar laut tersebut.

Dari tiga permasalahan dengan negara tetangga, seharusnya menjadi evaluasi supaya pemerintah segera memberikan kebijakan dan strategi pembangunan wilayah maritim untuk mencapai ketahanan dan keamanan nasional yang ketat dan kuat  di daerah laut Kalimantan Barat apalagi daerah tersebut kaya akan sumber daya alam dan berbatasan langsung dengan negara tetangga. Selain meningkatkan keamanan pemerintah juga memberikan pendidikan kemaritiman ke masyarakat sekitar pesisir dan menciptakan lapangangan pekerjangan yang bisa memanfaatkan sumber daya alam yang terdapat di laut Kalimantan Barat.

Kalimantan barat saat ini juga banyak mempunyai wisata bahari yang mampu menarik wisatawan domestik maupun mancanegara, namun saat ini terkendala oleh infrastruktur yang kurang memadai dan sumber daya manusia yang masih jauh dari harapan. Dengan banyaknya potensi wisata seperti pantai, pulau, terumbu karang, konservasi hutan manggrove dan konservasi penyu namun hasil yang diharapkan masih belum maksimal. Kerjasama anatara pmerintah dan masyarakat dalam menciptkanan sumber daya manusia unggul. Dalam hal ini sosialisasi, pendidikan dan perhatian pemerintah sangat diperlukan.

Bangsa dan beberapa daerah yang kaya hasil laut sudah saatnya seperti daerah Kalimantan Barat sudah seharusnya merubah cara pandang pembangunan dari pembangunan yang semata berbasis daratan (Land based development) menjadi lebih berorientasi kepada pembangunan berbasis kelautan (Ocean based development), mengingat negara kita adalah negara kepulauan yang sudah diakui dunia dan terakomodasi dalam UUD 1945 pasal 25A. beberapa pakar juga menyatakan bahwa potensi laut sangat besar memeberikan keuntungan. prospek pengelolaan sumber kekayaan alam di lepas pantai semakin memberikan peluang mengingat ditemukannya indikasi baru potensi ”mineral hidrotermal” di dasar laut dalam (Lili Sarmili, 2002; Subaktian Lubis 2002; dan Halbach, 2003). Oleh sebab itu, orientasi pembangunan yang sebelumnya lebih memperhatikan wilayah daratan perlu diubah mengingat laut merupakan sumber penghidupan di masa depan. Paradigma pembangunan di sektor kelautan yang menyimpan kekayaan alam yang luar biasa menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk mengembalikan kejayaan bangsa ini sebagai negara maritim.


Penulis  Riko Saputra Ketua Ikatan Mahasiswa Kecamatan Teluk Keramat (IMTEK) periode 2014-2016

Selasa, 23 Agustus 2016

Motivasi Pendidikan di Desa Tempapan Hulu


Riko Saputra dan Lamazi M,Hum sedang memberikan materi dan informasi pada masyarakat



Dalam meningkatkan pentingnya pendidikan di Kabupaten Sambas, Asrama Mahasoswa Kabupaten Sambas Pantai Utara (AMKS PANTURA) baru saja menyelenggarkan seminar dan motivasi pendidikan pada Minggu 3 Juli 2016 di Aula SD N 10 Daup Desa Tempapan Hulu, Kecamatan Galing. Seminar yang dilaksanakan mengusung tema “Belajar Tiada Henti, Gapailah Cita Yang Tinggi,  ” menghadirkan pemateri Lamazi, M. Hum selaku akademisi dan dosen IAIS Sambas.

Ketua umum AMKS PANTURA, Dedi mengatakan seminar tersebut merupakan ajang silaturahmi mahasiswa dengan masyarakat dan juga bentuk perhatian mahasiswa yang tinggal di asrama terhadap perkembangan pendidikan yang ada di Kabupaten Sambas, “saat ini tingkat pendidikan di Kabupaten Sambas masih memprihatinkan, banyak masyarakat yang putus sekolah dan menikah diusia muda”.
Dia menambahkan bahwa kondisi tersebut disebabkan minimnya motivasi dan sedikitnya informasi yang yang diketahui oleh masyarakat. Menurutnya pendidikan harus segera di optimalkan menimbang Kabupaten Sambas merupakan garda terdepan dengan negara Malaysia. “dengan banyaknya informasi yang telah dibagikan ke masyarakat, semoga dapat memberikan dampak positif kedepannya, semua elemen masyarakat harus bekerja sama dalam menciptakan daerah yang lebih baik” tegasnya.

Hal senada juga dikatakan oleh tokoh masyarakat Tempapan Hulu, Asmanto. Dia memaparkan bahwa sudah sepatutnya mahasiswa harus bekerja sama dalam mencerdaskan bangsa. Apa yang dilakukan mahasiswa juga sangat berpengaruh di masyarakat maka harapannya mahasiswa bisa memberikan contoh yang baik, “kita harus bermitra dan berharap mahasiswa dapat memberikan contoh dalam memajukan daerah Kabupaten Sambas khususnya di desa Tempapan Hulu,” ujarnya dalam memberikan sambutan.

Dalam penyampaian materi, Lamazi melihat bahwa kabupaten sambas khususnya desa Tempapan Hulu  mempunyai beberapa potensi yang dapat meningkatkan kemajuan Daerah, namun saat ini masih mengalami kekurangan pada sumber daya manusia yang unggul, maka untuk memperbaiki hal tersebut selain menciptakan SDA yang unggul dan berkualitas, harus menempuh pendidikan yang laebih tinggi.

“Perubahan tidak bisa dilakukan jika hanya diam, tetapi harus bersungguh-sugguh dalam menuntut ilmu, partisipasi seluruh komponen masyarakat baik dalam motivasi maupun memfasilitasi pemuda untuk sekolah sangat diperlukan. ”tegas Lamazi yangjuga melupakan alumnus Asrama Mahasiswa Kabupaten Sambas Pantai Utara.

Lamazi menegaskan untuk saat ini dalam menempuh pendidikan sudah sangat mudah yakni di Kabuapten Sambas sudah ditemui beberapa perguruan tinggi,  sudah banyak beasiswa yang disediakan serta banyak fasilitas yang diberikan untuk masyarakat, “sangat sayang jika kesempatan tersebut tidak dimanfaatkan, basiswa banyak dan fasilitas pemda seperti asarama juga tersedia, oleh karena itu sudah sepatutnya masyarakat sadar akan penting dan mudahnya sekolah”, ujarnya.

Dia juga menambahkan peran pemuda dan mahasiswa sangat diharapkan bisa memberikan kontribusi untuk memajukan daerah. Saat ini dengan besarnya dana desa semoga mahasiswa dan pemuda bisa mengabdi di desa dan daerahnya, “pemuda dan mahasiswa harus kembali ke desa”.

Seminar yang dimulai dari 08.00 WIB diapresiasi baik oleh masyarakat dan peserta. Almizan ketua panitia mengungkapkan peserta yang hadir sekitar tiga puluh orang dan berasal dari berbagai lapisan masyarakat seperti beberapa siswa, mahasiswa, perangkat desa, dan masyarakat desa Tempapan Hulu. Dalam pelaksanaanya dimulai dngan memberikan materi dan motivasi pendidikan, penyampaian informasi beasiswa yang terdapat di sekolah maupun perguruan tinggi serta mensosialisasikan bantuan pemda Kabupaten Sambas seperti beasiswa pemda dan asrama yang telah disediakan untuk masyarakat Kabupaten Sambas.


“alhamdulilah masyarakat sangat mengapresisasi, banyak informasi yang telah di bagikan semoga masyarakat sadar akan pentingnya pendidikan.” Ujar mahasiswa IAIN Pontianak.
Kegiatan ditutup dengan membagikan sekitar 30 helai seragam sekolah SD, SMP, SMA dan beberapa alat tulis ke masyarakat, “walaupun tidak seberapa semoga bisa meingkatkan motivasi masyarakat dan hadiah yang dibagikan merupakan kerjasama panitia dengan Dinas Sosial Kabupaten Sambas”tutup Mizan.

Melestarikan Budaya dengan Malam Keakraban

Masyarakat Desa Tempapan Hulu sedang menyaksikan Film Tullah di halaman SD N 10 Daup
Untuk melestraikan dan megapresiasi karya masyarakat Sambas, Asrama Mahasiswa Kabupaten Sambas Pantai Utara menggelar malam keakraban di halam SD 10 Daup dengan masyarakat desa Tempapan hulu Kecamatan Galing pada Sabtu malam tepatnya 2 Juli 2016. Malam keakraban tersebut diisi dengan nonton bareng film karya masyarakat Sambas yaitu film yang berjudul Tullah.
Dira selaku penanggung jawab acara mengatakan bahwa selain untuk mengakbrabkan antara mahasiswa dengan masyrakat, agenda tersebut merupakan upaya untuk menggali budaya serta membedah film yang kaya akan budaya Kabupaten Sambas. “tujuan dari kegitan ini adalah untuk melestarikan budaya yakni adata dan bahasa Melayu Sambas serta menganalisis pesan moral dari film tersebut” ujarnya saat diwawancara.

Film yang menceritakan tentang masyarakat Sambas, menurut Dira sangat cocok untuk ditonton oleh semua masyarakat karena beberapa pesan moral baik untuk diterapkan di Masyarakat dan lewat film tersebut dapat melatih masyarakat Sambas supaya lebih kreatif dalam mengenalkan budaya ke Luar Kabupaten Sambas, “seperti kita harus sopan dan patuh dengan kedua orang tua, itu merupakan pesan yang sanagt baik untuk diterapkan, selain itu budaya dan obejek wisata yang diperlihatkan dalam film juga sangat baik untuk mempromosikan Kabupaten Sambas”tegas Dira yang juga aktif di organisasi Ikatan Mahasiswa Paloh.

Selain nonton bareng, malam keakraban tersebut juga diisi diskusi dan tanya jawab antara mahasiswa dan masyarakat.  Dalam diskusi tersebut selain mendiskusikan tentang film Tullah, bebera masyarakat juga sempat mendiskusikan tentang pembangunan dan pendidikan yang ada di kabupten Sambas tepatnya di Desa Tempapan Hulu.


Satu diantara beberapa Masyarakat yang hadir mengatakan sangat terbantu dengan kegiatann mahasiswa. Menurutnya selain memberikan pencerahan dengan masyarakat, semoga mahasiswa juga dapat menyampakan keluhan masyarakat kepada Pemerintah, “kegiatan malam keakrban dan nonton bareng sangat bermanfaat, selain menghibur, melestarikan budaya kegiatan tersebut juga kaya akan informasi dan harapannya mahasiswa juga bisa menyampaikan keluhan kami seperti infrastruktur jalan Desa Tempapan Hulu,” tegas Sahdan yang juga aktif sebagai remaja masjid Dusun Semanas Desa Tempapan Hulu.

Jumat, 12 Agustus 2016

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KHUSUSNYA BIDANG SINTAKSIS DI SMA PERLU DIOPTIMALKAN

Pendidikan di Indonesia saat ini harus menjadi perhatian serius. Berdasarakan hasil nilai ujian (UN) siswa Sekolah Menangah Atas  (SMA) yang dikeluarkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, khusus mata pelajaran Bahasa Indoensia masih rendah. Tahun ajaran 2014-2015 nilai rata-rata ujian siswa kelas jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada mata pelajaran Bahasa Indonesia hanya mencapai 69 dengan katagori C, sedangkan siswa jurusan  Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) nilai rata-rata hanya mencapai 76 dengan katagori B.

Jika diperhatikan permasalahan tersebut memang sudah terjadi dari tahun sebelumnya. Hasil UN pada 2012 juga menunjukkan bahwa 25 persen siswa jurusan bahasa tidak lulus mata pelajaran bahasa Indonesia. Pada siswa jurusan IPS yang tidak lulus mata pelajaran ini sekitar 19 persen, dan siswa IPA hanya 12 persen (Tempo.Co). Sudah sepatutnya dengan hasil yang demikian maka kita harus memberikan perhatian terhadap perkembagan bahasa Indonesia.

Menurut (Strevens, 1980:25), rendahnya nilai ujian siswa dan keberhasilan suatu sistem pengajaran ternyata dapat ditentukan oleh tujuan yang realistis dapat diterima oleh semua pihak, sarana, dan organisasi yang baik, intensitas pengajaran yang tinggi, serta kurikulum dan silabus yang tepat guna. Hal senada juga disampaikan oleh Suhardi selaku guru besar UGM, menurutnya guru bahasa Indonesia saat ini ditekankan untuk mengajar puisi, sastra, jurnalistik, dan lainnya yang akan berdampak pada pembelajaran bahasa Indonesia sebagai sebuah ilmu pengetahuan menjadi tidak utuh. Pada pembelajaran yang dibahas hanya sebatas elementer atau hanya sebatas pengetahuan informatif. Dari pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa saat ini satu diantara beberapa faktor rendahya hasil belajar bahasa Indoenesia di suatu tingkat pendidikan adalah masih belum menemukan cara dan sistem yang tepat.

Seharusnya dalam sistem pembelajaran bahasa Indonesia jumlah jam mata pelajaran yang membahas kebahasaan khususnya bidang sintaksis lebih dioptimalkan dan difokuskan. Dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia peranaan linguistik sangatlah penting. Linguitik mampu memberikan pengethuan  dan mendidik sisa dapat mengaplikasiakn teori-teori linguistik secara tepat. Penyusanan buku pelajaran di satuan pendidikan seperti SD, SMP, dan SMA yang berpatokan pada kurikulum dan silabus harus memperhatikan teori-teori linguistik  khususnya sintaksis. Mata pelajaran bahasa Indonesia di SMA adalah mengajarakan bagaimana cara siswa berkomunikasi yang baik dan benar maka sudah sepatutnya siswa selalu dilatih dan diajarkan bagaimana cara mengetahui ilmu sintaksis yang didalamnya terkandung penggunaan frasa, klausa, kalimat dan wacana. Menutur Stryker (1969:21) sintaksis adalah telaah mengenai pola-pola yang digunakan sebagai sarana untuk menggabung beberapa kata menjadi kalimat.

Kaitannya dengan saat ini masih banyak siswa tidak mengerti teori linguistik khususnya sintaksis cantohnya kurang mengerti frasa, klausa, kalimat dan wacana. Padahal dalam berbahasa keempat aspek tersebut sangat penting dan berkaitan. Siswa harus dilatih secara serius untuk membuat kalimat dan wacana baik secara teoretis maupun paktik. Maka dengan demikian lambat laun siswa akan menemukan bagaimana cara berbahasa dan baik dan benar baik itu berbahasa lisan maupun berbahasa tulisan.

Penulis : Riko Saputra
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan

Senin, 18 Juli 2016

Kualitas Guru di Kalbar Masih Rendah


Karikatur seumber: lutfiblurry.blogspot.com
Kualitas guru di Kalbar Masih Rendah
Pendidikan di Kalimantan Barat saat ini menjadi perhatian khusus untuk segera dibenahi. Keberadaan peran dan fungsi guru satu diantara beberapa faktor yang sangat signifikan terkait peningkatan kualitas pendidikan. Guru atau pendidik dalam pasal 1 Ayat 6 Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional yang berbunyi bahwa pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya serta berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Selanjutnya pada pasal 39 ayat 2, dinyatakan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakaukan pembimbingan dan pelatihan serta meakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Mengacu dari undang-undang diatas sudah jelas bahwa guru dituntut harus profesional dalam kata lain guru harus berkualitas.
Khusus di Kalbar kulitas guru masih rendah  hal tersebut dapat dilihat dari minimnya prestasi dan prodak yang dihasikan oleh sekolah-sekolah saat ini. Dalam penilaian UJI Kompetensi Guru (UKG) nilai rata-rata guru di Kalbar masih rendah yakni dibawah niai 5.
Kepala dinas pendidikan kalimantan barat Alexius Akim membenarkan bahwa kualitas guru diKalbar bisa dilihat dari hasil nilai UKG, menurutnya UKG yang dilaksanakan sudah 3 tahun berturut-turut namun masih belum sampai dengan hasil yang diharapkan, “Kita melihat dari UKG, sudah 3 Kali UKG dilksanakan UKG 1 2012/2013 nilai 3,4 rata-rata guru di Kalbar, tahun berikutnya 4,2, tahun kemarin masih belum nyampai 5, sedangkan murid ditutuntut untuk naik kelas dengan nilai rata-rata 6, ini kan nggak betul, dari mana formulanya” ujarnya.
Hasil UKG di Kalbar yang redah cukup beralasan ternyata dari jumlah guru yang tersedia, tingkat kualififasi guru dari pendidikan guru sekitar  75 %, artinya guru yang disyaratkat oleh aturan pusat bahwa guru minimal berpendidikan S1 masih belum memenuhi. “Masih ada 25 % yang belum lulus S1. Sementara UU tahun 2015 merupakan batas terakhir semua guru harus minimal perpendidikan S1. Jika tidak maka mereka tidak akan bisa menerima tunjangan sertifikasi, karena mereka tidak bisa di sertifikasi, mereka bukan komponen guru-guru profesinal, syarat guru profesional adalah S1 dan harus mengajar 24 jam” tambah Alexius Akim.
Indeks prestasi keluaran dari perguruan tinggi minimal dengan nilai Indek Prestasi Komulitif 3.0 keatas, sebenarnya syarat untuk menjadi guru sudah mempuni, namun yang menjadi masalah saat ini guru juga terlalu banyak disibukan oleh kebijakan-kebijakan seperti kepala sekolah harus mempertanggung jawabkan  dana BOS, harus memepertangung jawabkan swakelola, gedung, perpus, ruang penunjang lainnya, mengunakan uang daru kementrian menggunakan dana konsentrasi, itu semua mengganggu tugas guru, “guru ya tugasnya harus mengajar” tegas Kepalaa Dinas Pensisikan Kalbar.
Menindaklanjuti permasalahan tersebut pengamat pendidikan sekaligus akademisi Kalbar Samion mengatakan sekarang memang Kalbar dihadapkan dengan kualitas guru yang masih rendah namun hal yang paling mendasar adalah permasalahan pada jumlah guru yang ada. Saat ini menurutnya pendistribusian penyebaran guru diseluruh jenjang pendidikan di Kalbar masih belum sesuai, “Apalah artinya kualitas kalau seandanya seharusnya guru di SD diperlukan 6 orang namun guru yang ada hanya 3. Bagaimana kita mau menuntut kualitas, ujarnya.
Untuk berbicara kualitas menurutnya pemerintah harus memperhatikan secara serius dari  kesejahteraan guru dan tahap perekrutan. Memang saat ini telah dilahirkannya undang-undang guru tentang menyangkut kesejahteraan guru yang mana guru dituntut untuk mengajar dengan serius tanpa dibebani dengan hal lain namun ternyata masih tidak efektif. Sertfikasi guru merupakan upaya dalam menyejahterakan dari segi gaji yang diberikan, tetapi nyatanya pembayaarannya ada 3 bulan, 6 bulan bahkan kurang 1 bulan. “Kita harapannya kalau pemerintah berniat untuk menejahterakan guru maka gaji harus melekat pembayaran gaji tiap bulan, jdi guru bisa merinci dan merencakana sedemikian rupa, Guru kita sudah membudaya ke SK ke Bank. Kalau budayanya ke Bank nah maka akan berpengaruh.” Tegasnya
Dalam tahap perekrutan guru berkualitas yang diharapkan samion masih akan terkendala oleh berbagai kebijakan dan sistem yang dilakukan pemerintah. Mulai dari permasalahan sertifikasi yang kurang sistematis, pegangkatan tidak gampang, kebijakan yang cendrung loncat-loncat, mulai adanya Pelatihan Profesi Guru (PPG),  Sarjana Mendidik Terdepan, terlua, Tertinggal (SM3T). “Sehingga anak yang rangking disekolah dan memiliki niat-niat sudah bagus tidak sejalan. Akhirnya direkruitment kita tidak betul-betul menyeleksi anak-anak dari segi rangkingnya, karena LPTK balum jadi gandrungan”, ujarnya.
Disisi lain Markus Amit ketua komisi V DPRD Provinsi Kalbar menjelaskan terkait permasalahan kualitas yang ada saat ini kuncinya adalah kualitas harus diintegritaskan dengan jumlah guru. Sehebat apapun seoarang guru kalau di sebuah sekolah hanya seorang yang mengajar maka akan sangat susah. Pihaknya sampai saat ini selalu menginstruksikan ke pemerintah pusat maupun daerah agar jumlah guru di Kalbar harus terpenuhi yangmana akan berdampak pada kualitas,”kami selalu menginstruksikan kepada pemerintah terhadap permasalah kekurangan guru,” tegas Markus.

Pemerintah Masih Belum Maksimal
Rendahnya nilai rata-rata UKG guru di Kalbar merupakan satu diantara penilaian bahwa kualitas guru juga rendah. Sampai sejauh ini beberapa kebijakan dan kegiatan tak luput dari tugas dinas pendidikan provinsi Kalbar. Menurut kepala dinas pendidikan Kalbar pihaknya telah banyak memprogramkan untuk peningkatan mutu guru, seperti menyelenggrakan pelatihan, bimingan teknis, workshop, penambahan kapasitas guru pada mata pelajaran bidang tertentu dan termasuk  peningkatan 4 ketrampilan yang harus guru miliki seperti kompetensi pedagogik, profesional, sosial, dan kepibadian, “Tiap tahun kita selalu menyelenggarakan pelatihan untuk peningkatan mutu guru,” ungkapnya.
Untuk pelatihan yang biasanya dilaksanakan, saat ini sifatnya masih Training of Trainer (TOT) dengan kata lain dinas terkait melatih guru-guru yang ada di kabupaten/kota yang dianggap mampu, selama tiga hari dilatih ketika guru tersebut pulang maka guru yang bersangkutan akan dijadikan pelatih di daerah kabupaten/kotanya masing-masing.
Sampai saat ini menurut Alexius Akim pihaknya melakukan pelatihan tersebut hampir setiap saat. Dia mengatakan bahwa beberapa tahun terakhir pihaknya juga bekerja sama dengan berbagai instansi dan lembaga lain seperti bekerjasanma dengan Surya Instituti selama 4 tahun,  yang mana satu angkatan menggunakan dana sekitar Rp 2,5 – 2,7 Miliar, selain itu dinas pendidikan juga pernah bekerjasama dengan Korea untuk meningkatkan bidang IT selama 1 tahun, bekerjasama dengan British Council (BC) untuk meningkatkan berbahasa Inggris, yang sekarang lagi direncanakan akan bekerjasama dengan pusat Bahasa Mandarin. Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) juga melaksanakan peningkatan mutu guru dengan jumlah yang cukup lumayan, namun karena beberapa pelatihan yang dilaksanakan untuk guru sifatnya hanya perwakilan, maka Alexius Akim mengharapkan agar pemerintah daerah kabupaten/kota supaya bekerjasama dengan guru yang telah dijadikan pelatih. “Apa yang dikerjakan pemerintah provinsi namun pemerintah kabupaten dan kota harus melakukan hal yang sama. saya yakin belum semua guru yang mendapatkan itu” tegasnya.
Namun dia juga tidak bisa menyalahkan pemerintah daerah yang tidak melakukan yang telah dilakukannya di provinsi. Penghasilan dan APBD setiap kabupaten dan kota itu berbeda-beda , ada yang APBD nya kecil menurutnya tidak mungkin untuk melakukan hal demikian. Dari tunjangan yang guru peroleh harapan alexius Akin supaya guru di Kalbar keprofesionalnya dapat meningkat maka guru harus menyisihkan uangnya untuk membeli buku paling tidak 5 buku dalam  1 tahun.
Dari berbagai yang telah dipaparkan ketua dinas pendidikan Kalbar ternyata mendapat pandangan yang berbeda dari Markus Amit Ketua Komisi V DPRD Provinsi Kalbar yang membahas kebijakan bidang pendidikan. Dari hasil UKG yang rendah menurtnya berarti ada indikasi kurangnya pelatihan untuk guru. Saat ini kegiatan-kegiatan semacam penataran, pelatihan, workshop masih kurang, ”Apakah pemerintah tidak menyiapkan untuk guru atau apakah guru yang tidak memanfaatkan itu, harus ada pelatihan-pelatihan untuk mengenjot itu” tegasnya.
Selaku dewan Markus mengatakan bahwa pemerintah selalu memepersoalkan ke anggaran dan selama ini dia juga tidak tahu kegiatan-kegiatan pelatihan untuk setiap guru, sejauh mana yang telah dilakukan, berapa kali dalam  dalam setahun,  dan apa saja kegiatan dalam pelatihan untuk guru tersebut.
Dia menambahkan rendahnya kualitas guru mungkin disebabkan guru saat ini sibuk memikirkan ekonomi sehingga mengenyampingkan kualitas seperti belajar sebelum mengajar, menurutnya hampir tidak ada guru yang belajar karena tidak ada waktu untuk belajar. Oleh karena itu pemerintah harus megera melakukan penekanan-penekan untuk mengisi kompetensi guru, misalkan dengan mengadakan kegiatan perlombaan antar guru kemudian yang berprestasi  diberi penghargaan. Tujuan dari penekanan-penekan guru tersebut supaya guru mempunyai kemauan dan  teransang untuk menambah wawasan, kemudian dengan menerapkan kedisiplinan dan peraturan sehingga guru secara langsung akan mengikuti aturan tersebut, “Pemerintah harus melakukan penekanan-penekanan untuk mengisi diri guru” uajrnya.
Dalam hal ini program khusus dari DPRD memang tidak ada, tetapi DPRD terus menyuarakan, meniunstruksikan dan menekan pemerintah baik daerah maupun pusat untuk melihat kebutuhan yang mendesak. Dia menegaskan bahwa selalu menyampaikan hal tersebut  baik dirapat fraksi maupun rapat komisi kepada dinas terkait yang mengurus masalah guru dan masalah pendidikan seperti mengenjot kualitas guru, mengurus guru, mengurus murid, mengurus pendidikan dengan baik.  .
“Dibagian eksekusi di dinas pendidikan, kita suarakan supaya dinas pendidikan ini betul-betul ekstra, ada permasalahan di lapangan kita langsung teror di dinas pendidikan  supaya segera diatasi dan ditingkatkan, kalau tidak maka akan bahaya untuk kelanjutan SDM kita”, Ujar Markus Amit yang merupakan anggota DPRD dapil Kabupaten Landak.
Peran LPTK Dalam Menciptakan Guru Yang Berkualitas
Rendahnya kualitas guru di Kalbar ternyata membuat pemerintah dan beberapa Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) juga harus proaktif untuk segera menyelesaikan satu diatara penyebab permasalahan rendahnya kualitas yang berdampak pada pendidikan di Kalbar. LPTK saat ini sangat besar berpengaruh terhadap kualitas guru di Kalbar. Berbagai kebijakan dan sistem yang digunakan di LPTK tersebut dapat menjadikan guru berkualitas atau bahkan sebaliknya.  LPTK harus berupaya sebisa mungkin untuk membekali mahasiswa dengan kompetensi yang dibutuhkan mereka ketika menjadi guru.
Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Barat, mengatakan beberapa LPTK di Kalbar sudah cukup memadai dalam menciptakan guru yang berkualitas, kurikulum yang digunakan juga tidak berbeda dengan beberap LPTK yang ada di provinsi lain, namun yang bermasalah hanyalah budaya yang kurang baik. Budaya yang dimaksudkan adalah malas melakukan penulisan ilmiah, tidak disiplin dan sulit berkomunikasi. Oleh karena itu sudah sepatutnya LPTK membudayakan calon guru itu malu jika tidak menulis, guru malu jika datang terlambat dan guru harus mampu berkomunikasi. “LPTK di Kalbar tidak jauh beda dengan provinsi lain, kurikulum kan sama yang jadi masalah budaya kita ini” ujar Alexius Akim saat diwawancara.
Perlu diketahui memang saat ini sudah banyak program yang dilakukan oleh LPTK untuk meningkatkan kualitas calon guru. Beberapa diantaranya ialah sistem tahap penyeleksian mahasiswa yang dilakukan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura (FKIP Untan) dan Institut Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Pontaianak (IKIP PGRI Pontianak). Penyeleksian mahasiswa juga sangat menentukan apakah mahasisa tersebut nantinya layak untuk menjadi guru atau tidak. Dekan FKIP Untan mengungkapkan bahwa memang sulit untuk mengetahui niat mahasiswa kuliah di LPTK, karena bisa saja faktor dari paggilan jiwa atau karena faktor tertentu seperti gaji guru yang saat ini menjanjikan, namun pihaknya sudah berupaya dengan selektif dalam penyaringan calon mahasisa tersebut. Khusus di FKIP Untan penyeleksian dilaksanakan tiga tahap, yang pertama tahap Seleksi Nasional Perguruan Tinggi Negri (SNPTN) pada tahap ini siswa yang unggul di sekolah mempunyai kesempatan untuk lulus di perguruan tinggi sesuai keinginannya dengan peyeleksian nilai raport di sekolah, yang kedua tahap Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negri (SBMPTN)  tahap ini merupakan penyeleksiannya dengan skala nasional,  tahap yang terakhir adalah tahap Mandiri atau yang dikenal dengan kelas non reguler. Untuk tahap pertama dan ke dua proses penyeleksiannya dengan ujian materi tertulis seperti tes Umum dan sesuai bidang pelajaran yang diampunya serta tes keahlian untuk beberapa program studi.
“untuk di FKIP ini, penyeleksian calon mahasiswa sudah sangat ketat dan baik, kita mengikuti aturan perguruan tinggi pusat” ujar Martono selaku dekan FKIP Untan.
Menurutnya FKIP Untan dalam menciptakan duru sudah sangat baik. Kurikulum yang digunakan sama dengan kurikulum nasional, untuk sarana dan prasarana penunjang pembelajaran, terdapat laboratorium, terdapat perustakaan, WIFI, tenaga pengajar yang cukup berkompeten dan sebagainya. “ Untuk FKIP sendiri 50% dosennya sudah menyandang gelar  Doktor, jadi tenaga pengajar sudah tidak diragukan,” ujarnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh rektor IKIP PGRI Pontianak, pada saat penyeleksian mereka juga menggunakan tahap ujian materi tertulis, wawancara dan ujian keahlian untuk program studi bahasa inggris, Teknologi Informasi dan  Komunikasi, serta pendidikan Jasmani dan olahraga. Dengan beberapa tahap yang telah dilakukan harapannya mahasiswa yang masuk di LPTK dapat berpengaruh terhadap kualitas guru. “kita ada tes Materi, Tes wawancara yang difokuskan kepada kepribadian, berat badan, tinggi badan, cara berpakaian, cara berbicara, dan tes keterampilan. Jadi yang kita rekrut dapat diketahui  dari pengetahuan dasarnya” imbuh Samion.
Program yang digunakan guna memperbaiki kualitas guru, IKIP PGRI saat ini fokus pada pembekalan 4 kompetensi yang harus dimiliki oleh guru yakni kompetensi kepribadian yang pada penerapanya ialah seorang guru harus memiliki keppribadian yang utuh berintegritas tinggi, teladan, komitmen, disiplin, kesiapan mengajar. Menurut samion, IKIP PGRI merekrut mahasiswa berasal dari daerah-daerah yang berkeinginan untuk mengabdi menjadi guru dan memiliki keribadian yang memungkinkan, karena yang kekurangan guru di Kalbar saat ini ialah di daerah-daerah pedalaman. Selama proses perkuliah berjalan maka kulitas dan inetelektual mahasisa tersebut akan diasah. Kompetensi yang kedua adalah kompetensi pedagogik yang mana dalam penerapannya pihaknya selalu memfasilitasi mahasiswa bagaimana cara meningkatkan kemampuann menagjar, teori magajar, cara mengajar yang baik dan bagaimana cara mengelola kelas. Kemudian kompetensi profesianl dan sosial adalah bagaiman mahasiswa yang aan menjadi guru harus bisa menjadi panutan dan teladan di masyarakat nantinya. “Kami disini IKIP memang punya ciri khas bahwa IKIP ada proses, kita mengarahkan calon-calon guru untuk diteladani, guru-guru disiplin, pakaianya tidak boleh baju kaos dan blue jeans serta saya yakin kalau lulusan LPTK ke empat kompetensi sudah di arahkan”. Tegasnya
Dalam meningkatkan mutu guru di Kalbar, beberapa LPTK juga ikut andil bekerjasama dengan pemerintah. Kegiatan yang diselenggarakan berupa pelatihan, workshop, seminar, dan bimbingan teknis yang ditujukan kepada para guru. Pemateri atau narasumber yang ditugaskan ialah dari beberapa dosen di LPTK.
Dari beberapa usaha dan sistem yang dilakuakan LPTK di Kalbar namun tidak serta merta pada hasil yang diharapakan. Nyatanya saat ini kualitas guru masih jauh dari standar. Terkait wacana beberapa pengamat pendidikan yang merencakan calon guru harus diasramakan juga mendapat apresiasi dari rektor IKIP. Konsep calon guru diasramakan merupakan program Pendidikan Profesi Guru (PPG) namun menurutnya jika diterapkan di jenjang Strata 1 (S1) akan lebih sempurna pasalnya calon guru harus punya keahlian dalam subject matter, calon guru akan dipersiapkan akhlak, agama, ibadahnya, kepribadian dan kegiatan-kegiatan yang positif. Dalam hal ini Rektor IKIP PGRI sekaligus ketua PGRI tidak bisa berbuat banyak karena LPTK yang mereka kelola merupakan LPTK swasta yangmana alokasi anggaran harus digunakan untuk keperluan yang lainnya. “Menurut pola yg sudah berjalan mungkin mahasiswa semester 1 atau setahun pertama itu yang wajib, saya sangat memimpikan itu, namun karena kami swasta terus terang ibaratnya dana kita ini dibagi-bagi, beda dengan negeri tinggal buat proposal. Saya sangat punya mengharapkan di lembaga ini harus ada asrama,” tegasnya. 

Sumber: Mimbar Untan/ Majalah Edisi VIII

Sabtu, 16 Juli 2016

IMTEK GELAR SEMINAR PENDIDIKAN


Ikatan Mahasiswa Kecamatan Teluk Keramat (IMTEK) baru saja menggelar seminar pendidikan pada Kamis 14 Juli 2016 di Aula SMKN 1 Teluk Keramat. Seminar yang dilaksanakan mengusung tema “Peran Mahasiswa Membangun Dunia Pendidikan di Kecamatan Teluk Keramat” menghadirkan pemateri Ir. H. Suriansyah, MMA selaku wakil ketua DPRD Kalbar dan Dr. Sumar’in, S.E.I., M.S.I sabagai akademis dan dosen IAIS Sambas.
Imbran selaku ketua umum Imtek periode 2016-2018 mengatakan seminar tersebut merupakan ajang silaturahmi sesama mahasiswa asal Kecamatan Teluk Keramat dan bentuk perhatian Imtek terhadap perkembangan pendidikan yang ada di Teluk Keramat, “saat ini tingkat pendidikan di kecamatan Teluk Keramat masih memprihatinkan, banyak masyarakat yang putus sekolah dan menikah diusia muda”.
Dia menambahkan bahwa pendidikan harus segera di optimalkan menimbang kecamatan teluk keramat berada sangat dekat dengan daerah perbatasan. “Semoga apa yang telah dilaksankan dapat memberikan dampak positif kedepannya, dan semua elemen masyarakat harus bekerja sama dalam menciptakan daerah yang lebih baik” tegasnya.
Hal senada juga dikatakan camat Teluk Keramat, Nawazi S.Sos dia memaparkan bahwa sudah sepatutnya mahasiswa harus bekerja sama dalam mencerdaskan bangsa. Apa yang dilakukan mahasiswa juga sangat berpengaruh di masyarakat maka harapannya mahasiswa bisa memberikan contoh yang baik, “kita harus bermitra dan berharap mahasiswa dapat memberikan contoh dalam memajukan daerah kecamtanteluk keramat khuusnya,” ujarnya dalam memberikan sambutan.
Dalam penyampaian materi, Ir suriansyah melihat bahwa kabupaten sambas mempunyai beberapa potensi yang dapat memajukan Sambas namun saat ini masih mengalami kekurangan di sumber daya manusia yang unggul, maka untuk memperbaiki hal tersebut selain menciptakan SDA yang unggul dan berkualitas, harus menciptkatan kerjasama antar semua masyarakat.
“Perubahan tidak bisa dilakukan oleh pemerintah, tetapi harus partisipasi seluruh komponen masyarakat dan keunggulan hakiki hanya tercapai apabila kita mempunyai keunggulan SDM. ”tegas Suriansyah yang pernah menjadi dosen di Fakultas Pertanian Untan.
pDisisi lain dr. Sumarin juga menegaskan bahwa pendidikan merupakan wahana strategis untuk mewujudkan tujuan nasional, karena misi pendidikan adalah mengembangkan insan yang berakhlak mulia, cerdas dan kompetitif. Namun saat ini menurutnya ada beberapa tantangan yang di hadapi mahasiswa dan pemuda yaitu krisis gagasan kebangsaan dan moralita, terjadinya kelunturan nilai dan budaya ketimuran yang terus bertambah sesuai perguliran zaman, krisis kepercayaan dan kebertanggungjwaban serta krisis kepemimpinan. Dalam UUD 1945 pada butir tiga sudah disebutkan yakni mencerdaskan kehidupan bangsa, dengan pernyataan tersebut betapa pentingnya pendidikan di suatu daerah dan pemuda serta mahasiswa harus memperhtikan beberapa tantangan yang akan dihadapi, ujarnya.
Dia juga menambahkan peran pemuda dan mahasiswa sangat diharapkan bisa memberikan kontribusi untuk memajukan daerah. Saat ini dengan besarnya dana desa semoga mahasiswa dan pemuda bisa mengabdi di desa dan daerahnya. “pemuda dan mahasiswa harus kembali ke desa” pungkas Sumarin selaku dosen dan Akademisi di Kabupaten sambas.
Dalam pelaksaannya seminar yang dimulai dari 09.00 WIB dan dibuka oleh Camat Teluk Keramat berlanglung lancar. Kegiatan tersebut juga diapresiasi baik oleh masyarakat dan peserta. Ikbal ketua panitia mengungkapkan psesrta yang hadir sekitar 150 orang dan berasal dari berbagai lapisan masyarakat seperti beberapa siswa, mahasiswa, perangkat desa, anggota dewan, polsek, koramil, KUA dan peserta SM3T. “Peserta seminar dihadiri oleh berbagai lapisan masyarakat dan mendapat apresiasi yang baik” tutup Ikbal.

Rabu, 03 Februari 2016

IMTEK Gelar Kongres V, Imbran Terpilih Menjadi Ketua Umum

Fotobersama setelah acara pembukaan kongres V Imtek di Sekura



Sejumlah mahasiswa asal kecamatan Teluk Keramat baru saja menggelar kongres V Ikatan mahasiswa kecamata teluk keramat (IMTEK) di Aula SMK N 1 Teluk Keramat pada sabtu 30-31 Januari 2016. Dalam sambutannya ketua panitia Kongres V Mursalin mengatakan kegiatan tersebut merupakan proses regenerasi kepengurusan, selain itu kongres juga merupakan kegiatan yang cukup disakralkan dalam organisasi. Pasalnya kongres sendiri merupakan forum tertinggi dalam organisasi, dimana perumusan-gagasan-serta upaya perbaikan-perbaikan yang berkaitan dengan kemajuan organisasi akan di bahas dalam forum tersebut. “konges merupakan keputusan tertinggi dalam keberlangsungan IMTEK maka harus dilaksanakan” ujarnya.
Berdiskusi dengan alumni

Kongres yang mengusung tema “Memperkuat Solidaritas Kader dan Sinergitas Kinerja Organisasi Menuju Imtek yang Maju dan Berkualitas” bertujuan untuk pembelajaran demokrasi bagi mahasiswa yangmana itu sebagian dari pengabdian terhadap masyarakat. “kongres kali ini kami melaksanakanya di kecamatan yang mana untuk mengajak seluruh mahasiswa yang kuliah di sekura, sambas, singkawang atau diamanapun untuk berpartisipasi dan melebarkan mana Ikatan Mahasiswa Kecamatan Teluk Keramat” himbau Mursalin.
Rentetan acara Konges yang dilakukan selama dua hari dari 09.00 sampai 01.00 wib diawali dengan acara dialog terbuka yang mengusung MEA. Kenudian dilanjutkan dengan membahas laporan pertanggungjawaban pengurus periode 2014-2016, membahas Anggaran dasar, anggaran rumah tangga, GBHO dan rekomendasi pengurus serta pemilihan ketua IMTEK periode 2016-2018.
Dalam proses pemilihan ketua Imtek Periode 2016-2018 dilakukan penjaringan bakal calon terdapat empat nama, namun pada proses verifikasi hanya ada dua nama yang lolos menjadi calon ketua umum IMTEK periode 2016-2018, yaitu Imbran dan Iqbal.
“mereka merupakan kedua calon yang memiliki dedikasi tinggi terhadap organisasi, sehingga pemilihan berjalan ramai dan seru” ujar riko selaku Ketua Umum demisioner.
Presidium sedang memimpin sidang pleno

Riko menegaskan berdasarkan hasil kongres yang dilakukan maka Imran terpilih sebagai ketua imtek periode 2016-2018 yang mana menggantikan ketua sebelumnya, “Semoga setelah terpilihnya ketua IMTEK periode 2016-2018 dapat memimpin dan mewakili mahasiswa agar bisa menjadi yang lebih baik, berguna bagi masyarakat dan dapat membawa nama baik Kecamatan Teluk Keramat” ujar Riko Saputra Manat ketua 2014-2016.
Dalam sambutannya, Imbran selaku ketua terpilih menghimbau kepada seluruh mahasiswa kecamatan teluk keramat agar nantinya tetap dalam barisan yang sama. Barisan yang siap menghidupi organisasi, bukan sebaliknya. Selain itu juga, ia mengajak seluruh mahasiswa kecamatan teluk keramat agar mau dan berkenan bersama-sama memajukan IMTEK untuk terus menjadikan lebih baik. “Semoga dengan bersama-sama kita bisa, membangun organisasi yang memiliki kontribusi nyata terhadap daerah kita yaitu Kecamatan Teluk Keramat.” Tegas Imbran yang juga kuliah di Fakultas Pertanian Untan.
Serah terima jabatan dari keua Periosde 2014/2016 kepada ketua terpilih periode 2016/2018


Penulis Riko Saputra

Minggu, 31 Januari 2016

Ikatan Mahasiswa Teluk Keramat Gelar Dialog Terbuka tentang MEA


Ikatan Mahasiswa Kecamatan Teluk Keramat (IMTEK) menggelar dialog terbuka Masyarakat Ekonomi Asean dengan mengusung tema “Persiapkan Diri Menghadapi MEA, Menuju Masyarakat Sejahtera” pada Sabtu 30 Januari 2016 di Sekura. Dalam dialog tersebut disampaikan oleh dua narasumber yakni Dr. Sumar’in selaku dosen dan Martajani, SE selaku perwakilan Dinas UKM, Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan (Disukmkopperindag) Kabupaten Sambas. Peserta yang hadir pada dialog tersebut sekitar 100 orang yang berasal dari perwakilan pelajar Sma se-derajat, kepala desa se-kecamatan Teluk Keramat dan mahasiswa asal kecamatan Teluk Keramat.
Riko Saputra selaku ketua umum IMTEK mengatakan bahwa dialog MEA tersebut sangat penting dilakukan terkait kesiapan dan bekal bagi masyarakat ”Kecamatan Teluk Keramat merupakan lapis dua daerah perbatasan sudah sewajibnya masyarakat harus mempersiapkan diri untuk MEA supaya tidak kalah saing dengan negara tetangga” ujarnya.

Dia menambahkan mudahannya dengan didakannya kegiatan tersebut agar masyarakat sudah punya rencana pandangan kedepan. apa yang didapatkan pada dialog tersebut tidak hanya selesai setelah acara namun bisa disosialisasikan dengan masyarakat yang lainnya “ kita sudah mengundang kepala desa, mahasiswa, pelajar dan bahkan hadir juga anggota legislatif semoga apa yang telah didapatkan bisa disosialisasikan. Tegas Riko.
Saat menyampaikan materi Sumar’in juga mengatakan Pasar yang dikenal dengan istilah Masyarakat Ekomoni Asean (MEA) tersebut akan membuka akses lebih mudah dalam transaksi barang dan jasa di antara negara-negara Asia Tenggara. Dengan kemudahan yang ditawarkan MEA, tentunya menjadi tantangan bagi Indonesia dalam menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dapat bersaing di segala bidang, yang tentunya harus berkompetisi yang semakin ketat/tinggi di antara negara-negara ASEAN
“kita harus menyipkan beberapa hal dalam menghadapi era MEA, seperti SDM, infrastruktur, Inovasi, pendidikan dan pelatihan serta teknologi harus memadai” ungkap Sumar’in selaku dosen IAIS Kabupaten Sambas.
Hal senada juga diutarakan oleh Martajani perwakilan Dinas UKM, Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sambas, menurutnya masyarakat harus siap dengan MEA karna bisa menguntungkan dan menajdikan pereknomian lebih baik namun bisa juga sebaliknya kita akan kalah saing dengan Negara luar. “dalam menyongsong perdagangan bebas kita tentunya harus memperispkan beberap hal seperti mengadakan pelatihan, dan membekali ilmu pengetahuan yang lebih tinggi serta hiangkan rasa malu, takut dan malas” pungkasnya.
Dialog terbuka yang diselanggrakan dari pukul 09.00 sampai jam 12.00 di gedung Serbaguna Sekura barlangsung sukses. Tampak antusias dari beberapa pertanyaan peserta terkait masyarakat Kecamatan Teluk Keramat dalam menghadapi MEA. “kami sangat mengapresiasi kegiatan yang dilakukan untuk masyarakat, kagitan tersebut harus selalu dilaksanakan” tutup minhat satu diantara perwakilan kepala desa yang ada di kecamatn Teluk Keramat.